Kamis, 13 Oktober 2011

HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA GURU DENGAN PENDIDIKAN DI DALAM MENGKAJI ILMU PENGETAHUAN

HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA GURU DENGAN PENDIDIKAN DI DALAM MENGKAJI ILMU PENGETAHUAN
Feronika Hutahaean


ABSTRAK
Saat ini keadaan pendidikan Indonesia dapat di katakan sedang sekarat. Tentu saja hal ini ditunjang oleh berbagai faktor, misalnya saja guru yang tidak berkualitas, siswa yang tidak kreatif, sarana dan prasarana sekolah yang tidak mendukung, Dan lagi-lagi banyak pihak yang korupsi hinga perkembangan pendidikan tersendat-sendat.
Padahal dari dunia pendidikanlah akan muncul orang-orang yang berpengaruh buat negaranya. Lewat dunia pendidikan suatu bangsa dapat maju. Memang ada beberapa orang Indonesia yang “jenius” namun sayangnya mereka tidak mau bekerja di Indonesia. hal ini mungkin tidak asing lagi buat kita. Mereka tentu punya alasan tertentu mengapa mereka tidak mau bekerja di Indonesia, salah satu faktornya ialah mereka tidak digaji sesuai kapasitas mereka.
Kata kunci : pendidikan, guru, Indonesia, jenius

A. PENDAHULUAN
Saat ini dunia pendidikan di Indonesia sangat membutuhkan uluran tangan orang yang siap membangkitkan pendidikan Indonesia. Dengan adanya pendidikan nasional sangat di harapkan dapat memunculkan orang-orang Indonesia yang aktif dan kreatif hingga bisa mengharumkan Indonesia dalam kancah international. Namun rasanya sulit bagi kita untuk mencapai mimpi itu karena pada kenyataannya kita sedang mengalami penyakit yang kronis, KKN, tidak ada lagi tangungjawab secara moril. Misalnya saja guru yang tergolong tidak prefosional biasanya adalah guru yang tidak mau tahu. Ia hanya mengajar karena hanya tuntutan profesi saja, ia tidak mau mengajar lebih kreatif lagi karena gajinya kan tetap seperti ia mengajar sebelumnya. Atau ada juga guru yang menerima suap saat adanya penerimaan siswa baru atau juga penyelewengan uang-uang sekolah dan sebagainya. Hal ini sudah cukup menunjukkan bahwa budaya korupsi telah masuk dalam dunia pendidikan.
Dengan tidak adanya hal-hal baru yang muncul di sekolah sudah tentu membuat siswa merasa bosan dan jenuh. Siswa jadi sering bolos. Tidak mau lagi belajar, yang mereka tahu hanya tauran, karena di sekolahpun mereka merasa tidak di perhatikan. Apalai di jaman modern seperti ini banyak orang tua siswa yang sangat sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga mereka berharap pihak sekolah lah yang mendidik anak-anak mereka sehingga menjadi “manusia”. Dan hal tersebut tidaklah dapat dilakukan sekolah saja. Karena kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua siswa sangat diharapkan berjalan dengan baik. Memang hal tersebut sangat buruk ketika satu pihak tidak dapat bekerja sama, ini bisa saja merusak mental anak.
Namun ada juga kejadian yang jauh lebih memprihatinkan lagi, Ketika orang tua dan pihak sekolah yang mau bekerjasama namun keadaan atau sarana dan prasarana sekolah tidak mendukung. Kelas yang bocor saat hujan atau kekurangan ruang kelas, kekurangan media pendidikan dan sebagainya. Hal tersebut juga sangat menghambat imajenasi guru dan siswa.
Sehingga pada akhirnya pendidikan Indonesia pertumbuhannya tersendat-sendat. Sohaenah (Kompas, 2004) menggungkapkan bahwa proses pembelajaran di Indonesia selama ini kurang demokratis. Peserta didik tidak dilatih untuk berimajenasi dan berkreasi. Peserta didik cendrung menjadi pasif dan diposisiskan tidak tahu apa-apa sehingga harus belajar sesuatu sesuai dengan kemauan pendidik.
B. MATERI
Hasil survey IAEA ( International Association for the Evalution of Educataional Achievement) menunjukkan bahwa di bidang kemampuan membaca pelajar SD, Indonesia berada di urutan ke-26 dari 27 negara; kemampuan matematika siswa SMP ada di urutan ke-34 dari 38 negara; kemampuan di bidang IPA untuk SMP ada di urutan ke-32 dari 38 negara.
Survey ini seharusnya bisa membuat kita malu. Tapi pada kenyataannya kita lebih banyak santai dalam menghadapi persoalan menggenai pendidikan. Sepertinya masalah pendidikan di anak tirikan tidak seperti masalah ekonomi yang di anak emaskan. Andai saja pemerintah sadar masalah ekonomi dapat di tangulangi dari dasar jika rakyatnya mendapat pendidikan yang layak dan masalah koruptor dapat di persempit ruang geraknya dengan pengadaan pendidikan. Begitu juga dengan maslah-maslah lain yang sering terjadi di Indonesia.
Pada dasarnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional, pada hakekatnya, memiliki fungsi sebagai :
1. Pemersatu bangsa,
2. Penyamaan kesempatan, dan
3. Pengembangan diri.
(dari Jurnal Vol. 24 No. 3 ( September-Desember 2007), dengan judul “ KESENJANGAN ANTARA KONDISI PENDIDIK, PENGELOLAAN SERTA SARANA DAN PRASARANA DI PROVISI BANTEN DENGAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN”)

PP ( Peraturan Pemerintah) nomor 19 Tahun 2005 menyebutkan bahwa SNP (Standar nasional Pendidikan) adalah kriteria tentang system pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. terdapat delapan lingkup SNP : standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tujuan PP (Peraturan Pemerintah) nomor 19 Tahun 2005 tentang SNP adalah meningkat mutu pendidikan yang tercermin dalam hasil belajar siswa.
Hasil studi Bank Dunia (1989) menunjukkan bahwa faktor guru menentukan 34% mutu guru untuk Negara berkembang dan sebesar 36 untuk negara maju. Ini menunjukkan bahwa peran guru sangat penting dalam mengerakkan pendidikan. Seorang guru yang memiliki kualitas tinggi sudah dapat dipastikan memiliki kapasitas yang luas. Supriadi menyatakan bahwa guru sebagai seorang professional paling tidak memiliki unsur: (1) Pendidikan yang memadai, (2) keahlian dalam bidangnya, dan (3) komitmen pada tugasnya.
Sekarang peran guru bukan lagi menyampaikan informasi melainkan membantu siswa dalam memproses informasi. Dengan demikian guru dan siswa akan sama-sama kerja dalam membangun hubungan yang baik dalam mendukung proses belajar. Siswa dituntut lebih aktif dalam mencari sumber informasi dan sudah tentu akan lebih memahami apa yang akan di pelajari. Dan peran guru hanya melengkapi atau memperbaiki pemahaman yang telah di peroleh siswanya dari berbagai sumber.
Selain dari peran guru juga perlu di pertimbangkan mengenai sarana dan prasarana sekolah. Karena sarana dan prasarana sekolah juga akan sngan menentukan dalam keberhasilan sekolah dalam meluluskan siswa-siswa yang kreatif dan berkualitas. Pengadaan sarana dan prasaran yang buruk akan mengakibatkan hal yang buruk juga. Misalnya saja pengadaan kelas yang tidak memadai. Contohnya sebuah sekolah SD yang hanya mempunyai ruang kelas empat buah, sudah tentu ini akan menghambat proses belajar, belum lagi dengan jumlah siswa yang harus berdesak-desakan dalam mengikuti pelajaran. Hal ini akan menimbulkan kebosanan baik bagi guru maupun siswa itu sendiri. Karena siswa akan merasa senang belajar ketika mereka dihadapkan pada sesuatu yang mereka sukai.

C. PEMBAHASAN
Belajar aktif merupakan pembelajaran yang menuntut kemandirian. Di mana saat belajar siswa menjadi pusat pembelajaran atau SCL (Student Center Learning). Meskipun dengan demikian pihak sekolah maupun pemerintah hanya membiarkan siswa sendiri yang bersikap mandiri namun setiap pihak harus mampu menyokong siswa dan tentunya juga sebagai fasilitator. Karena pendidikan merupakan kecakapan hidup (life skill). Lewat dunia pendidikan maka segala sesutunya dapat di pecahkan dengan lebih mudah walupun tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Dari jurnal “KESENJANGAN ANTARA KONDISI PENDIDIK, PENGELOLAAN SERTA SARANA DAN PRASARANA DI PROVINSI BANTEN DENGAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN” oleh Supandi, dapat kita ketahui bahwa :
a. Kondisi pendidik SDN di Provinsi Banten dicirikan oleh masih tinginya proporsi pendidik yang memiliki kualisifikasi pendidikan D2 (67,5%), berpendidikan D2 kependidikan. Sedangkan pendidik dengan kualisifikasi pendidik S1 baru mencapai 32,2%. Selain itu, guru-guru tersebut kurang mendapatkan pendidikan dan pelatihan dalam jabatan untuk meningkatkan mutu pendidik. Sebanyak 68,14%, guru-guru menyatakan tidak pernah mendapatkan pendidikan pelatihan dalam jabatan selama lima tahun terakhir.
b. Pengelolaan sekolah pada umumnya telah dilaksanakan secara cukup baik. Lebih dari 80% sekolah memilioki visi, misi, dan tujuan, meskipun implementasinya sebagai acuan pelaksanaan program kegiatan baru dilaksanakan oleh sekitar 40% sekolah, selain itu berdasarkan pandangan para kepala sekolah, visi, misi, dan tujuan tersebut belum dipahami sepenuhnya oleh warga sekolah.
c. Sarana prasarana sekolah masih menjadi kendala bagi sekolah-sekolah. Ruang kepala sekolah yang khusus untuk kepala sekolah sebagai pemimpin satuan pendidikan baru dinikmati oleh 29,5% kepala sekolah. Perpustakaan baru dimiliki oleh 39,7% sekolah. Sekolah yang memiliki ruang khusus untuk perpustakaan bahkan baru 8,3%. Pada sekolah-sekolah yang memiliki perpustakaan tersebut, ternyata koleksi yang tersedia rata-rata kurang dari 500 judul.
Dari poin (a) dapatlah dilihat bahwa pendidik yang benar-benar memiliki kapasitas yang luas dalam mengajar atau memiliki pengalaman yang baik masih sangat kurang. Pendidikan yang di terima oleh pendidik juga masih jauh. Sehingga pembelajaran yang di ajarka di sekolah cendrung tidak berkembang dan minimbulkan kejenuhan dan tentunya sangat membelenggu. Freire (dalam Kreisberg, 1992) menyebutkan pendidikan yang membelenggu sebagai pendidikan gaya bang (bang education). Kareteristik pendidik gaya ini antara lain : (a) guru mengajar, siswa belajar,(b) gutru tahu segalanya, siswa tidak tahu apa-apa, (c) guru berpikir, siswa dipikirkan, (d) guru bicara, siswa mendengarkan, (e) guru mengatur, siswa diatur, (f) guru memilih dan melaksanakan pilihannya, siswa menuruti, (g) guru bertindak, siswa membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan gurunya, (h) guru memilih apa yang di ajarkan, siswa menyesuaikan diri, (i) guru mengacaukan wewenang ilmu pengetahuan dengan wewenang profesionalnya, dan mempertentangkan dengan kebebasan siswa, dan (j) guru adalah subjek proses belajar, siswa objeknya. Dengan demikian maka pengetahuan tidak akan berkembang dan sudah dapat dipastikan siswa tidak akan berkembang dan malah menjadi siswa yang “wanna be”. Seharusnya siswa diberi kebebasan seperti pembelajaran yang humanis. Karena dengan demikian maka ilmu itu berkembang mengikuti perkembangan pendidikan dunia, sehingga akan terbentuklah manusia-manusia yang siap pakai. Jadi guru ataupun pengajar merupakan elemen terpenting dalam menggerakkan dunia pendidikan. Seorang siswa adalah bukti produk dari gurunya. Menurut Jumadi dalam “PEMBELAJARAN HUMANIS : ANALISIS KONSEPTUAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA” mengatakan tingkat kehumanisan pendidikan dapat dipresentasikan dalam banyak hal terutama dalam penyampaian materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan sistem evaluasi yang digunakan.
Dari poin (b) dapat kita tinjau, bahwasanya visi, misi, dan tujuan sekolah itu sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Dengan memiliki visi, misi, dan tujuan yang jelas maka program yang telah direncanakan dapat berjalan lancar dan tentunya akan membanggakan sekolah tersebut.
D. PENUTUP
Pendidikan yang bermutu akan ditentukan oleh siapa pengajarnya, bagaimana visi, misi dan tujuan sekolah, dan seberapa lengkap sarana prasarana yang dapat digunakan oleh siswa maupun guru. Namun dari hal-hal yang telah di bicarakan tadi elemen terpenting yang menggerakkan pendidikan adalah guru, siswa dan tempat belajar. Ketiga elemen tersebut harus bekerjasama agar mampu menghasilkan manusia-manusia yang siap pakai. Sedangkan elemen-elemen yang lain hanya sebagai pendukung dalam proses pembelajaran.




DAFTAR PUSTAKA

Supandi. 2007. “KESENJANGAN ANTARA KONDISI PENDIDIK, PENGELOLAAN SERTA SARANA DAN PRASARANA DI PROVINSI BANTEN DENGAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN”. Alqalam, Vol. 24, No. 23 (September- desember 2007)
Jumadi. 2007. “PEMBELAJARAN HUMANIS : ANALISIS KONSEPTUAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA”. Didaktika, vol. 8, No. 1, Januari 2007
Basri, Irma Yulia. 2007. “PENINGKATAN KEAKTIFAN, KREATIVITAS, DAN KOMPETENSI MAHASISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LIFE SKILLS”.
Ilmu pendidikan, tahun 34, No. 2, Juli 200

Selasa, 04 Oktober 2011

hal memilih sahabat sejati

Kata “jangan” berarti larangan. Tetapi banyak orang muda tidak pernah peduli atau mereka lebih senang dengan jalan yang mereka pilih sendiri. Saya sangat prihatin dengan sistem pergaulan anak muda sekarang ini bahkan mereka mau hancur demi pergaulannya seperti menjaga perasaan temannya secara berlebihan.
Menjaga perasaan teman seh boleh-boleh aja tapi itu semua kan ada batasnya. Lagi pula dalam mencari teman baik kita harus lebih teliti, terkadang kita harus memilih teman yang bisa membawa kita kejalan yang lebih baik. Menurut aku seh gak ada salahnya memilih siapa teman kita yang paling cocok buat kita tetapi kan saya tidak tahu apakah teman-teman yang baca ini setuju apa nggak. Saya berikan contoh yang saya tahu dan ringkas ketika anda memilih seorang teman yang pemalas maka sedikit tidaknya maka sifat itu akan menular padamu meskipun itu lambat laun. Saya kaitkan dengan firman Tuhan yang tertulis dalam Amsal 22:24-25 bunyinya “jangan berteman dengan orang yang cepat gusar, jangan bergaul dengan orang pemalas supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri”.
Ketika saya membaca bacaan ini maka saya tahu apa kesalahan atau bisa dikategorika adalah kekeliruan saya selama ini, memang aku akui dulu tidak terlalu memilih-milih kawan hingga saya kami pergi jalan-jalan kemana pun yang kami mau sampai-sampai uang saya lebih cepat habis dari biasanya atau lebih boros dari sebelumnya. Ada juga kata bijaksana yang mengatakan bahwa “jika anda bergabung dengan orang-orang sukses maka anda akan menjadi orang yang sukses juga dan sebaliknya karena mereka akan berpengaruh besar terhadapmu hidupmu dan lingkungan juga akan mempengaruhinya”.
Nah, saranku buat teman-teman pandailah anda memilih teman yang cocok dan bisa membuat anda lebih baik agar tidak terjerumus dalam jurang dosa dan penyesalan dikemudian hari. Ingatlah tidak semua temanmu selalu ada untukmu tetapi hanya sahabat sejatilah yang akan selalu ada pada saat kamu membutuhkannya dan ia tidak akan berpaling darimu ketika kamu dalam keadaan duka. Buatlah dirimu baik maka akan banyak orang yang memberimu pujian.