Senin, 23 April 2012

Ika Gadis yang Jujur dan Mandiri (cerpen sastra anak)

Nama : Feronika Hutahaean Kelas : Dik Reguler A 2010 NIM : 2102111009 Ika Gadis yang Jujur dan Mandiri Kicauan burung dibelakang rumah Ika terdengar sangat merdu karena siulan burung tersebut bersahut-sahutan hingga terdengar berirama. Kicauan itu membangunkan Ika dari tidurnya nenerapa saat kemudian dengan langkah agak malas ia melangkah mengambil handuk untuk mandi. Ika adalah anak pertama dari keluarganya, ia duduk disekolah dasar kelas 3 dan kini ibunya telah mengandung 5 bulan, ia sangat senang sekali dengan hal itu karena sebentar lagi ia tidak merasa kesepian lagi sebab adiknya telah ada menemaninya bermain-main. Ibunya seorang guru di sekolah SMK. N. 2 Rantau Utara sedangkan ayahnya seorang supir angkot. Walaupun keadaan mereka sangat sederhana namun Ika sangat bangga dan senang pada orangtuanya karena keduanya sangat akur hal inilah yang menjadi kebanggaan bagi Ika. Setelah selesai mandi, ia pun segera keruang makan disana ia telah melihat ibunya menyiapkan sarapan untuknya. “selamat pagi ma”. Ucap Ika “selamat pagi juga nak, ayo cepat makan, biar jangan telat ke sekolah”. Jawab ibunya “iya ma, tapi bapak mana?, kok belum nampak. Tambahnya “bentar lagi juga pasti bangun nak, mungkin ia sangat lelah sebab semalam juga bapak agak malam pulangnya” jawab ibu sambil mengelus kepala Ika Tak berapa lama kemudian ayahnya pun bangun dan menghampiri mereka keruang makan. Dengan senyum merekah ia menyapa “selamat pagi anak bapak yang cantik” “eh.. papa, pagi juga pa. Jawabnya “wah, cepat benar bangunnya hari ini, papa bisa tebak ni pasti hari ini ada ujiannya?. Ledek papa “Hehhehe, papa tau aja ya”. Timpal Ika “Ya sudah, jangan lupa bawa makan siang ya nak, ingat baik-baiklah belajar disekolah agar suatu kelak nanti kamu menjadi anak yang sukses. Jika ibumu menjadi seorang guru dan ayahmu hanya seorang supir maka kamu akan menjadi seseorang yang lebih baik dari kami orangtuamu”. Ujar papa “ia pa, kalau gitu ika berangkat sekolah dulu ya pa, ma” jawab Ika sambil mencium tangan kedua orangtuanya Dengan semangat dan senyuman ia pun berangkat kesekolah, ia jalan kaki dari rumah kesekolahnya kerena jarak antara rumah dan sekolahnya tidak jauh. Lagi pula ia harus menjadi anak yang mandiri karena ia tahu bahwa ibunya juga harus berangkat mengajar sedangkan ayahnya harus berangkat mencari sewa. Dengan langkah yang lumanyan cepat Ika segera masuk keruangannya, sebelum gurunya masuk ia pun menyempatkan membaca buku agar nantinya ia mendapat hasil yang memuaskan. Tadi malam Ika sudah belajar namun ia juga ingin mengulangi walau hanya lima menit agar tetap ingat akan apa yang telah dipelajarinya semalam. Tak berapa lama kemudian ibu Tina selaku guru Matematika pun datang dan menyuruh siswa untu menyimpan semua buku yang ada diatas meja maka dengan sigap seluruh siswa pun melakukan hal itu. Setelah bu Tina membagikan soalnya maka seluruh siswa pun mengerjakan soal itu, ternyata Ajeng teman sebangku Ika tidak tahu menjawab pertanyaan yang diberika hingga ia pun meminta jawaban Ika. “ika, bagilah jawabanmu nomor satu”. Pinta Ajeng “bukannya aku gak mau jeng, tapi aku takut karena ibu tadi udah bilang kalau kita gak boleh nyontek”. Jawa Ika dengan sikap ragu “ika, jadi orang jangan terlalu pelitlah, kan gak ada salahnya berbagi. Kau pernah dengar ngak bahwa berbagi itu indah dan baik”. Bujuk Ajeng “baiklah Jeng, tapi jangan sampai bu Tina tau ya”. Ujar Ika Dengan senang hati Ajeng menyontek hasil pekerjaan Ika, namun tak berapa lama kemudian bu Tina curiga dengan sikap Ajeng yang terburu-buru maka bu Tini menghampiri meja Ajeng. “Ajeng, apa yang kau lakukan, hasil ujian siapa yang kau contek itu” tanya bu Tina Dengan muka pucat ajeng pun mengangkat kepalanya dan menjawab “maaf bu, tadi Ika yang bilang bahwa aku bisa lihat hasil jawabannya tanpa harus aku mencoba mengerjakan terlebih dahulu”. Sela Ajeng dengan mencoba membela diri “tidak bu, Ajeng sendiri yang minta jawaban dari saya karena ia tidak tau jawabnya”. Sanggah Ika “baiklah, ibu tidak mau masalah ini semakin rumit, keduanya serba salah. Salah ajeng kenapa menyontek sedangka salah Ika, kamu telah memberikan jawaban pada Ajeng padahal ibu kan sidah bilang jangan ada yang memberikan contekan bagi temannya”. Jawab bu Tina sambil melangkah menuju meja guru Ujian Matematika pun telah usai, dengan muka agak kesal Ika pun mendekati Ajeng dan berkata “ Jeng kenapa tadi kamu bohong sama bu Tina” tanya Ika “maaf Ika, aku gak sengaja karena tadi aku tidak tahu apa yang harus kubilang ma ibu” isak Ajeng dengan muka memerah Melihat hal itu amarah ika yang panas mulai meredup kemudian ia pun berkata “ ya sudah, kamu gak usah nangis ya tapi lain kali kamu jangan bohong lagi ya”. Bujuk Ika sambil memeluk Ajeng “terimakasih Ika, aku janji aku tidak akan mengulangi hal itu lagi”. Jawab Ajeng Setelah kejadian itu Ajeng tidak mau berbuat seperti itu lagi, bahkan kalau dia tidak tau maka ia pun mau bertanya kepada Ika pada saat jam istirahat dan keduanyas semakin kompak. Pada suatu hari Ajeng menjumpai bu Tina dan menceritakan hal yang sebenarnya bahwa Ika tidak bersalah. Ia menceritakan bahwa ialah yang memaksa Ika untuk memberikan jawabannya. Dengan wajah tersenyum bu Tina pun menesehati Ajeng agar lain kali tidak mengulangi hal itu lagi namun bu Tina juga memuji keberanian serta kejujuran Ajeng. **** Tidak terasa hari persalinan mama Ika pun semakin dekat, pekerjaan yang biasannya dikerjakan ibunya kini telah menjadi pekerjaan Ika juga. Namun ia tidak pernah mengeluh akan hal itu karena ia tahu pasti ibunya capek dan lelah dengan keadaanya yang sekarang ini. Melihat ketulusan dan kebaikan Ika kedua orangtuanya pun senang dan bangga kepada anaknya itu walaupun masih kecil ia sangat mandiri dan pengertian hal inilah yang membuat mereka semakin menyanyangi Ika. Dua minggu kemudian ibunya melahirkan dirumah sakit. Hanya Ika sendirilah yang tinggal di rumah sebab ayahnya menemani ibunya dirumah sakit, walaupun ia hanya seorang diri tinggal di rumah ia sangat berani dan mengerjakan tugas rumah, PR sekolah dengan sendiri. Pagi-pagi ia bangun untuk mempersiapkan diri kesekolah, banyak hal yang ia kerjakan sebelum berangkat kesekolah salah satunya menyiapakan sarapan untuk dirinya sendiri karena sarapan telah disiapkan ayahnya sebelum berangkat kerumah sakit yakni roti plus selai nanas karena itulah sarapan kesukaan Ika. Sepulang dari sekolah Ika langsung kerumahnya, dengan perut yang agak keroncongan ia pun berjalan. Sesampai dirumah ia sangat terkejut karena ia melihat pintu rumahnya terbuka padahal orangtuanya belum ada memberitahukan bahwa mereka kan pulang hari ini. Dengan lagkah was-was ia melangkah pelan-pelan karena ia juga takut kalau dirumahnya itu ada maling. Mata Ika memandang seluruh sudut rumah dan benarlah bahwa terjadi pencurian dirumahnya sebab televisi, kulkas dan barang elektronik lainnya hilang. Melihat hal itu Ika menangis tersedu-sedu dan sekali-kali minta tolong. Tetangga yang mendengar isak tangis Ika langsung masuk kerumahnya dan bertanya “Nak, kenapa kau nangis?”. Dengan nada putus-putus Ika menjawab “Bu, ada maling dirumah kami, barang-barang kami banyak yang hilang”. Mendengar hal itu tetangganya pun tersentak dan segera melapor kepihak polisi terdekat. *** Tak berapa lama kemudian ayahnya pun pulang kerumah dan melihat situasi rumah yang sudah banyak dikerumini para tetangganya. Ika yang melihat ayahnya datang langsung memeluknya dan menangis semakin menjadi-jadi. “sudahlah nak, jangan menangis lagi ya” bujuk ayahnya “ayah, maafin ika ya, tadi pagi aku buru-buru pergi kesekolah jadi lupa mengunci pintu” cerita ika “sudahlah nak, tidak apa-apa semua pasti baik-baik aja” bujuk ayahnya kembali sambil mengelus-elus kepala Ika Beberapa saat kemudian pihak polisi datang kerumah dan berkata kepada ayahnya “ssiang pak “ ucap pak polisi “siang juga pak “jawab ayah Ika “kami sudah menyelidiki masalah ini dan ada hal yang mencurigakan dari kejadian ini, hal itu tampak pada saat seorang anak namanya Iksan melihat langsung kejadian pencurian ini dan pencurinya bekerja sama langsung dengan tetangga bapak” sambung pak polisi Mendengar hal itu ayah ika agak tersentak dan bertanya lagi “ tetangga?, tetangga saya yang mana pak? Tanya ayah Ika dengan penasaran Pak polisi langsung menunjjukkan orangnya, semua hal itu diluar dugaan ayah Ika, karena tetangganya itu adalah teman kompaknya sehari-hari. Dengan perasaan kesal ayahnya pun berkata “ pak polisi terimakasih atas bantuannya dan berilah sangsi kepada orang ini dan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya agar iaa tidak mengulangi hal ini lagi” ujar ayah Ika dengan lantang “baik pak, kami permisi dulu” sahut pak polisi Akhirnya pencurinya dapat juga dan barang-barang mereka dikembalikan dengan utuh. Mereka juga berterimakasi pada Iksan yang telah membantu proses penangkapannya. Dengan seulas senyuman Iksan membalas ucapan terimakasih itu. “nak, lihatkan semua pasti baik-baik aja seperti yang ayah katakan padamu” ucap ayah “ia ayah, tapi aku sempat takut kalau ayah marah” bisiknya “ayah tidak marah samamu nak, justru ayah sangat bangga karena kamu sudah berani tingal dan tidut sendiri dirumah” balas ayahnya sambil mencium kening ayahnya Keduanya tersenyum dan ayahnya pun membawa Ika kerumah sakit untuk melihat keadaan ibunya dan adiknya. Sesampai disana ia sangat senag sekali melihat adiknya yang imut-imut. Semuanya pun tersenyum bahagia.

Selasa, 03 April 2012

UNSUR PUISI (Diksi, Irama, Korespondensi, Pengisahan)

UNSUR PUISI
(Diksi, Irama, Korespondensi, Pengisahan)

DISUSUSUN
OLEH
KELOMPOK 3 DIK REGULER A 2010


DEVI ANDRIANI 2102111008
FERONIKA HUTAHAEAN 2102111009
INDAH FAJRINA 2102111011
NOVA SULISTIA 2102111020
WIDIA SIHOMBING 2101111023








PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan pembahasan mengenai “Unsur Puisi”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Kajian Puisi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Terutama kepada Dosen pengampu kami yang telah membimbing kami. Sebagai manusia kami tak luput dari kesalahan penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan kita semua.

Medan, Februari 2012


Penulis







PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun, membentuk, membuat, menciptakan. Sedangkan kata poet dalam tradisi Yunani Kuno berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Dalam sebuah karya sastra ada unsur atau elemen yang dipergunkaan penyair dalam membangun atau menciptakan puisisnya. Segala bahan baik unsur luar (objek seni) maupun unsur dalam (imajinasi,ninstuitf, emosi, bahasa, dll) disintetikkan menjadi suatu kesatuan yang utuh oleh penyair menjadi bentuk puisi berupa teks puisi.
Sebuah karya sastra yang tidak bernilai seni dan tidak puitis bukanlah karya sastra. Oleh sebab itu keindahan dalam kepuitisan sebuah karya sastra merupakan suatu kemutlakan. Sedangkan keindahan dan kepuitisan itu dapat dicapai dengan perpaduan yang baik dan harmonis antara ketiga lapisan yang membangun karya tersebut. Sedangkan perpaduan yang baik dan harmonis itu dapat tercapai setelah penyair menggunakan berbagai upaya. Hasil upaya penyair ini menyebabkan pembaca dapat turut mengalami jiwa penyair.










PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Diksi
Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi berarti "pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)”. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan. Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda. Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai.

• Plilihan kata atau diksi mencakup pengertia kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
• Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
• Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa
Penggunaan diksi, menurut sebagian besar orang adalah sangat penting. Alasannya ialah agar apa yang ada dalam pikiran ketika ingin disampaikan bisa diterima oleh si pendengar atau pembaca. Diksi, tidak hanya ada dalam penulisan saja melainkan dalam ucapan juga. Keefektifan dalam memilih diksi sangat diperlukan. Pembicara atau penulis yang terkesan bertele-tele dalam memaparkan idenya, akan membuat pendengar atau pembaca merasa bosan sehingga tidak jadi menuntaskan mendengar atau membaca.
Dalam penulisan karya sastra, sering seorang penulis membuat gaya tulisannya aneh bin nyleneh. Bahkan terkadang, pihak pembaca karya sastra merasa bingung atas karya yang diciptakan karena sulit untuk memahami tulisan yang dimaksud. Hal tersebut dikarenakan dalam karya sastra, biasanya seorang penulis yang memiliki daya estetika tinggi, selalu menggunakan bahasa tingkat kedua. Maksudnya bahasa tingkat kedua ialah penggunaan bahasa yang tidak bisa dibedah secara arti kata saja melainkan dibutuhkan bagaimana memaknai kata tersebut. Pendek kata mengartikan arti yang sudah ada.
Pemilihan diksi dalam ucapan dan penulisan menjadi bagian yang sangat penting. Dalam ucapan, seorang penutur seharusnya dituntut untuk berbicara tanpa ada ambigu dalam kata yang diucap. Mengapa? Supaya pendengar dapat mudah memahami. Begitupun dalam menulis artikel atau opini, memilih kata yang pasti dan tidak ambigu adalah hal yang harus dan wajib.
Berbeda dengan menulis karya sastra seperti genre puisi, malahan sebaliknya. Ke-ambiguan seakan suatu keharusan sebab dalam keambiguan tersebut, pembaca karya sastra dipersilahkan memahami puisi tersebut sesuai dengan pemahamannya. Sehingga karya tersebut akan multi interpretable (banyak interpretasi). Puisi dengan ke-ambiguan, menyerahkan segala makna pada pembaca dan penikmat. Kebebasan dalam interpretasi pembaca dihadirkan dalam puisi. Kita terkadang sering membaca puisi dengan kalimat sederhana dan langsung kita tangkap maksud puisi tersebut, namun hal itu terkadang juga hanya memberikan arti yang harus sama dengan penulisnya. Kebebasan melakukan interpretasi dari pembaca menjadi terbatas.
Sepisaupi
sepisau luka sepisau duri
sepikul dosa sepukau sepi
sepisau duka serisau diri
sepisau sepi sepisau nyanyi
sepisaupa sepisaupi
sepisapanya sepikau sepi
sepisaupa sepisaupoi
sepikul diri keranjang duri
sepisaupa sepisaupi
sepisaupa sepisaupi
sepisaupa sepisaupi
sampai pisauNya ke dalam nyanyi
(1973)
Batasan Kosa Kata dan Diksi
1.Pilihan Kata
Pilihan kata atau diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Saat kita berbicara, kadang kita tidak sadar dengan kata – kata yang kita gunakan. Maka dari itu, tidak jarang orang yang kita ajak berbicara salah menangkap maksud pembicaraan kita.
Dari buku Gorys Keraf (DIKSI DAN GAYA BAHASA (2002), hal. 24) dituliskan beberapa point – point penting tentang diksi, yaitu :
• Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
• Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
• Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.

2.2. Pengertian Irama
Secara umum ritma dikenal sebagai irama atau wirama, yakni pengertian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur (Jabrohim dkk 2003: 53). irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Rima adalah istilah lain dari persajakan atau persamaan bunyi, sedangkan irama sering juga disebut dengan ritme atau tinggi rendah, panjang pendek, keras lembut, atau cepat dan lambatnya kata atau baris-baris suatu puisi bila puisi tersebut dibaca. Rima dan irama ini memiliki peran yang sangat penting karena keduanya sangat berkaitan dengan nada dan suasana puisi (Suharianto 2005: 45-49). Contoh penggunaan rima dan irama dalam puisi:

MINANG
Inilah tanah, di mana Sabai dilahirkan
Di mana Malin, si Durhaka, menerima kutukan
di mana kaba ialah sebagian dari kehidupan
dan beragam pantun mengalun dalam kesunyian
Sepi di sini sepi batu dan sepi gunung
Sepi hutan-hutan hijau melingkung
padang-padang lalang sejauh mata merenung
di atasnya mengambang rawan suara lesung
…………………………………………….
(Hartoyo Andang jaya)


Dari contoh puisi tersebut terlihat bagaimana rima dan irama merupakan unsur yang sangat berperan dalam menghidupkan suatu puisi. Dengan rima dan irama yang terdapat dalam puisi tersebut, nada dan suasana yang hendak digambarkan penyair menjadi lebih nyata dan lebih mudah dibayangkan oleh pembacanya.
Berdasarkan jenisnya, rima dibedakan atas tiga macam:
1. Berdasarkan bunyinya, terbagi atas asonansi (rima karena persamaan vokal) dan aliterasi (rima karena persamaan konsonan),
2. Berdasarkan letak dalam kata, rima terbagi atas rima mutlak (seluruh vokal dan konsonan sama), rima sempurna (salah satu suku katanya sama), dan rima tak sempurna (bila dalam salah satu suku kata hanya vokal atau konsonan saja yang sama),
3. Berdasarkan letaknya dalam baris, rima terbagi atas rima awal (terdapat pada awal baris), rima tengah, rima horisontal (terdapat pada baris yang sama), dan rima vertikal (terdapat pada baris yang berlainan).

3.3. Pengertian Korespondensi

Korespondensi adalah hubungan yang padu antar larik-larik dalam bait, antar bait yang dikait oleh tema dalam suatu kesatuan logis. Keterhubungan atau korespondensi antarbagian-bagian bahasa penting disadari, dijaga, dan dibangun oleh pengarang prosa atau puisi, untuk menghasilkan karya yang padu. Pada sajak, korespondensi itu salah satunya adalah berbentuk ulangan susunan baris yang tampak di baris lain dengan tujuan menambah mutu dan kebagusan sajak.
Berdasarkan tinjauan pada korespondensi itu, A.W de Groot membedakan prosa dan puisi, dengan tiga pokok perkara:
1. Kesatuan-kesatuan korespondensi prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis; kesatuan korespondensi puisi - bukan kesatuan sintaksis - tetapi kesatuan akustis.
2. Di dalam puisi korespondensi dari corak tertentu, yang terdiri dari kesatuan-kesatuan tertentu pula, meliputi seluruh puisi dari semula sampai akhir. Kesatuan ini disebut baris sajak.
3. Di dalam baris sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir.

Kebanyakan tiap baris sajak terdiri dari bagian-bagian yang susunannya serupa. Bagian-bagian itu disebut periodus. Kumpulan sejumlah periodus itu merupakan baris sajak. Dengan kata lain, periodus adalah pembentuk baris sajak menurut sistem, sedangkan periodisitas itu adalah sistem susunan bagian baris sajak.
Penjelasan di atas dapat kita baca dalam buku "Pengkajian Puisi" Rachmat Djoko Pradopo (1987), yang ia rujuk dari penjelasan Slametmulyana (1956).
Contoh yang amat mudah untuk melacak jejak periodus, dan memahami apa itu periodisitas ada pada bentuk sajak-sajak lama.

Bukan beta / bijak berperi
pandai menggubah / madahan syair
Bukan beta / budak negeri
mesti menurut / undangan mair.

Begitulah seterusnya, sajak Roestam Effendi berjudul "Bukan Beta Bijak Berperi" itu bisa dibedah berdasarkan periodus-periodus seperti itu. Sebaris terdiri atas dua periodus. Jadi demikianlah periodisitas sajak itu: sebaris dua periodus, sebait empat baris.

Korespondensi seluruh bagian sajak dibangun berdasarkan periodisitas tersebut. Pada zaman itu, begitulah standar utama estetika sajak yang indah. Pada sajak bebas, yang banyak ditulis oleh penyair kini, penyair bebas menyusun periodisitas, memain-mainkan periodus.




3.4. Pusat Pengisahan
Pusat pengisahan atau titik pandang yaitu cara pentampaian cerita, ide, gagasan, atau kisahan cerita yang mencakup siapa yang berbicara dan kepada siapa ditujukan (ia berbicara). Misalnya pada sajak Asrul Sani berjudul “Surat dari Ibu”.

Pergi ke laut lepas, anakku sayang
Pergi ke alam bebas
Selama hari belum petang
Dan warna senja belum merah-merahan
Menutup pintu waktu lampau

Sajak ini menyiratkan adanya seorang “aku” yang menulis surat kepada seorang “engkau”. Maka ditinjau dari sudut pandang puisi si “aku” adalah sang ibu dan “engkau” (yang disapa) adalah si anak.













KESIMPULAN
Dalam menulis suatu karya sastra perlu kita perhatikan unsur-unsur yang mempengaruhi karya sastra tersebut diantaranya yakni diksi, irama, korespondensi, dan pusat pengisahan. Hal ini tentunya berperan penting dalam mengemas dan menjadikan suatu karya tersebut memiliki atau mengandung nilai estetik yang baik.
Dengan rima dan irama yang terdapat dalam suatu karya sastra, nada dan suasana yang hendak digambarkan penyair menjadi lebih nyata dan lebih mudah dibayangkan oleh pembacanya.





























Daftar Pustaka
Kerap. Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Napitupulu, Delvi dan Tangson R. Pangaribuan. Diktat Kajian puisi.
Sitompul, Eden. Diktat Puisi.
http://krupukcair.wordpress.com/2010/06/30/pengertian-diksi/
http://olivya-permata.blogspot.com/2010/03/pengertian-diksi.html
http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/batasan-kosa-kata-dan-diksi-2/
http://id.wikipedia.org/wiki/Puisi
http://endonesa.wordpress.com/2008/09/08/puisi-definisi-dan-unsur-unsurnya/
http://riniintama.wordpress.com/pengertian-bunyi-rima-dan-irama-pada-puisi/

“TEORI BEHAVIORISME VERSI IVAN P. PAVLOV”.

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam mempelajari suatu pembelajaran hendaknya kita memusatkan perhatian bagaimana cara psikolog mendefinisikan pembelajaran, dan kita akan melihat teori-teori melalui mata empat psikolog, dua mewakili sudut pandang behaviorisme, satu mewakili kognitif dan satu yang menjangkau apa yang secara longgar bisa didefinisikan sebagai mashab konstruktivis. Keempat pendirian ini tidak hanya melukiskan suatu sejarah teori pembelajaran, tetapi jiga berbagai perspektif yang membentuk pondasi bagi beragam pendekatan dan metode pembelajaran bahasa.
Peristiwa atau stimulus yang mengikuti respon dan yang cenderung menguatkan perilaku, atau meningkatkan kemungkinan terulangnya respon tersebut merupakan sebuah daya yang ampuh untuk menggerakkan perilaku manusia. Imbalan adalah aspek yang jauh lebih kuat dalam pembelajaran ketimbang sekadar asosiasi stimulus – respon seperti dalam model pengondisisn klasik. Kita diatur oleh konsekuensi-konsekuensi atas perilaku kita.
Tidak ada keraguan bahwa teori-teori pembelajaran behavioristik terus mempengaruhi pemahaman kita tentang proses pembelajaran manusia. Banyak hal yang benar dan berharga dalam teori itu. Namun, ada sisi sebaliknya yang patut diperhatikan. Kita telah melihat sisi yang menyatakan bahwa perilaku manusia bisa diprediksi.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan teori behaviorisme versi Ivan P. Pavlov?
2. Adakah contoh teori tersebut dalam kehidupan nyata?

1.3 Tujuan Makalah
1. untuk mengetahui teori behaviorisme versi Ivan P. Pavlov
2. untuk memperluasa wawasan atau pengetahuan tentang teori behavioristik
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Behaviorisme versi Ivan P. Pavlov
Teori ini mengatakan bahwa setiap rangsangan akan menimbulkan gerak balas. Gerak balas ialah apa sahaja tingkah laku yang timbul akibat daripada rangsangan. Manakala rangsangan pula adalah apa sahaja bentuk tenaga yang menimbulkan gerak balas pembelajaran boleh berlaku akibat kaitan di antara rangsangan dengan gerak balas. Rangsangan juga boleh dikaitkan dengan satu rangsangan yang lain untuk mendatangkan pembelajaran. Pembelajaran yang berlaku karena perkaitan di namakan pelaziman manakala pembelajaran akibat dari perkaitan dua rangsangan di namakan pelaziman klasik.
Sebagai contoh apabila guru memberikan arahan supaya murid mengangkat tangan, maka murid dengan cepat akan mengangkat tangannya. Arahan ialah rangsangan, manakala tindakan mengangkat tangan ialah gerak balas. Hasil daripada kajiannya, Pavlov berpendapat bahwa pembelajaran boleh berlaku kesan daripada kaitan antara rangsangan dengan gerakbalas. Pembelajaran yang berlaku melalui perkaitan tersebut dinamakan sebagai pelaziman dan pembelajaran yang berlaku akibat dua ransangan ini dikenali sebagai pelaziman klasik. Pelaziman klasik ini termasuklah mengaitkan simbol-simbol dengan apa yang dilambangkan, mengaitkan nama dengan watak, mengaitkan istilah teknik di dalam fisik dengan apa yang dimaksudkan atau mengaitkan tarik dengan peristiwa
Menurut Ragbir Kaur Joginder Singh (2010), beliau menyatakan bahawa terdapat tiga prinsip asas di dalam eksperimen Ivan Pavlov. Prinsip tersebut ialah:
1. Setiap rangsangan akan menimbulkan gerak balas
2. Pembelajaran berlaku akibat kaitan antara rangsangan dan gerak balas
3. Pembelajaran yang berlaku akibat perkaitan di antara dua rangsangan dinamakan pelaziman


2.2 Teori pelaziman klasik Ivan Pavlov
Teori pelaziman klasik adalah tentang tingkah laku pembelajaran yang telah dipelopori oleh Ivan Pavlov ( 1849-1936). Pada tahun 1980-an. Pavlov mengkaji fungsi pencernaan pada anjing dengan melakukan pemerhatian pada kelenjar air liur. Dengan cara itu, beliau dapat mengumpulkan, menyukat dan menganalisis air liur hewan itu dan bagaimana ia dapat diberikan makanan pada keadaan yang berbeda. Beliau sadar anjing akan mengeluarkan air liur sebelum makanan sampai ke mulutnya dan mencari hubungan timbal balik antara air liur dengan aktiviti perut. Pavlov hendak melihat rangsangan luar dapat mempengaruhi proses ini. Oleh itu contoh paling awal dan terkenal bagi pelaziman klasik melibatkan pelaziman air liur pada anjing kajian Pavlov.
Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan:
Pertama, apabila anjing diberikan makanan (Ransangan Tidak Terlazim – RTT ) maka secara refleks anjing akan mengeluarkan air liur( Gerakbalas Tidak Terlazim – GTT ).
Kedua, Jika loceng dibunyikan ( Ransangan neutral – RN ) maka anjing tidak memberi respon atau mengeluarkan air liur.
Ketiga, Dalam eksperimen ini anjing diberikan makanan (Ransangan Tidak
Terlazim – RTT ) setelah mendengar bunyi loceng (Ransangan Terlazim – RT ) terlebih dahulu, anjing akan mengeluarkan air liur akibat pemberian makanan.
Keempat. Setelah perlakuan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka
ketika anjing mendengar bunyi loceng (Ransangan Terlazim – RT ) tanpa diberikan
makanan, secara automatik anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air
liur dari mulutnya ( GerakbalasTerlazim – GT ).
Dalam eksperimen ini menunjukkan bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika mendengar bunyi loceng ia akan memberi respon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya anjing tidak memberi respon apapun ketika mendengar bunyi loceng.
Jika anjing secara terus menerus diberikan ransangan berupa bunyi loceng dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan.

Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan sebagai berikut:
Konsep Keterangan
Ransangan tidak terlazim sesuatu yang mampu menghasilkan suatu gerak balas.
Contoh: makanan
Gerak balas tidak terlazim sesuatu yang dihasilkan oleh sesuatu rangsangan.
Contoh: lelehan air liur
Ransangan terlazim ransangan yang baru yang diberi bersama ransangan lama.
Contoh: loceng
Gerak balas terlazim Gerak balas yang dihasilkan oleh ransangan baru setelah dipadankan dengan ransangan lama.
Contoh: lelehan air liur
Dalam eksperimen ini menunjukkan bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika mendengar bunyi loceng ia akan memberi respon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Kerana pada awalnya anjing tidak memberi respon apapun ketika mendengar bunyi loceng.
Jika anjing secara terus menerus diberikan ransangan berupa bunyi loceng dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau penghapusan.



2.3 Contoh Dalam Kehidupan Nyata
Menurut Brennan, James F. 2006 dalam bukunya Sejarah dan Sistem Psikologi, sebagai contoh untuk menambah kelekatan dengan pasangan, jika anda mempunyai pasangan yang “sangat suka ” dengan coklat (RTT), setiap kali anda bertemu (GTT) dengan kekasih anda maka berikanlah sebuah coklat untuk kekasih anda, secara automatik dia akan sangat suka dengan coklat pemberian anda.
Berdasarkan teori, ketika hal itu dilakukan secara berulang-ulang, selanjutnya cukup dengan bertemu dengan anda tanpa memberikan coklat, maka secara automatik pasangan anda akan sangat suka dengan anda, hal ini dapat terjadi pembentukan perilaku antara (RTT), (GTT), (RT), dan (GT) seperti eksperimen yang telah dilakukan oleh Pavlov.















Daftar Pustaka

Daulay, Syahnan. 2011. Pemerolehan dan Pebelajaran Bahasa. Bandung. Citapustaka Media Perintis
Brown. Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa.
http://peoplelearn.homestead.com/psychlearncontent2a.html,
http://teori behavioristik versi Ivan Pavlov. html