Sabtu, 05 Mei 2012
Analisis Terhadap Puisi “Hanyut Aku dan Ibuku Dahulu” Karya Amir Hamzah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kritik sastra pertemuan ke
Oleh
Nama : Feronika Hutahaean
Kelas : Dik Reguler A 2010
NIM : 2102111009
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PROGRAM PENDIDIKAN
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Di antara sastrawan-sastrawan Pujangga Baru, nama Amir Hamzah tentu paling dikenal dalam bidang puisi. Hal ini tidak lepas juga dari gelar yang telah dilekatkan padanya oleh Paus Sastra Indonesia, H. B. Jassin sebagai Raja Penyair Pujangga Baru. Melihat salah satu puisi Amir Hamzah berjudul Padamu Jua, kita tidak bisa melepaskannya dari ciri khas Amir Hamzah yang suka mengangkat tema-tema agama. Kesukaannya dengan hal-hal berbau sufistik juga mengingatkan kita pada Hamzah Fansuri, peletak dasar puisi modern di Indonesia. Bukan hanya itu saja banyak tema-tema lain yang dingkat oleh Amir Hamzah seperti yang sedang saya analisis yakni saat ini judul puisi tersebut adalah “Hanyut aku dan Ibuku Dahulu” yang mengambarkan kehidupan maupun pengalam dari penyair Amir Hamzah, puisi ini sangat dekat dengan kehidupan masyarakat. Sajak Hanyut aku Dalam puisi ini, Amir Hamzah benar-benar merasa hancur dan menderita terhadap permasalahan hidupnya, hal ini tertuang dalam kata “Hanyut Aku”, ia merasa hanyut dan tenggelam akan penderitaannya. Ia minta tolong dan berharap seseorang yaitu kekasihnya untuk mengulurkan tangan dan membantunya untuk naik dari ketenggelamannya. Sedangkan pada puisi Ibuku Dahulu menggambarkan kasih sayang dari seorang ibu, dimanana sosok ibu disini digambarkan sangat baik hati walaupun dia marah tetapi ia masih mencoba untuk merangkum anaknya, walaupun kesedihan selalu ia rasakan karena tinkah laku anknya ia malah mengecup kening anknya itu hingga nak itu merasa sejuk dan sentosa sampai kekalbunya.
1.2 Pembatasan Masalah
Dalam analisis puisi Amir Hamzah ini penulis pun membatasi maslah yang akan dikaji yakni hanya menganalisis tema, suasana, diksi.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah tema dari puisi Hanyut aku dan Ibuku Dahulu karya Amir Hamzah?
2. Bagaimanakah suasana dari puisi Hanyut aku dan Ibuku Dahulu karya Amir Hamzah?
3. Bagaimanakah irama dari puisi Hanyut aku dan Ibuku Dahulu karya Amir Hamzah?
Bab II
Pembahasan
2.1. Analisis puisi “Ibuku Dahulu” karya Amir Hamzah
Ibuku dahulu marah padaku
Diam ia tiada berkata
Akupun lalu maradjuk pilu
Tiada peduli apa terjadi
Matanya selalu mengawas daku
Walaupun bibirnya tiada bergerak
Mukanya masam menahan sedan
Hatinya sedih karena lakuku
Terus aku berkesal hati
Mengurutkan setan mengatjau-balau
Djurang tjelaka terpandang dimuka
Kusongsong juga biar tjedera
Bangkit ibu dipegangnya aku
Dirangkulnya segera dikecupnya serta
Dahiku berapi pancaran neraka
Sejuk sentosa turun kekalbu
Demikian engkau :
Ibu, bapa, kekasih pula
Berpadu satu dalam dirimu
Mengawas daku dalam dunia
Tema
Kalau kita melihat dan membaca puisi ini kita akan terpana kareana kata-kata dan makna yang terkandung dalam puisi ini sangatlah jelas dan bermakna positif bagi pembaca. Sajak ini terdiri dari lima bait, satu bait terdapat empat larik berarti secara keseluruhan larik dari sajak ini adalah duapuluh larik.
Untuk melihat tema dari puisi ini maka terlebih dahulu ditelusuri makna atau arti dari setiap lariknya. Yakni secara kongkrit sajak ini menceritakan ada sosok seorang ibu dan anak, dimana sosok ibu ini marah kepada anaknya namun ia tidak berkata apa-apa pun terhadap anak itu melainkan dia diam seakan membisu kemudian sianak pu merajuk pilu atau sedih hingga ia tidak peduli dengan apapun yang tejadi saat itu. Pada bait kedua kembali dilanjutkan mata ibu itu terus atau selalu mengawasi tingkah laku anaknya itu walaupun ia tak berkata apa-apa namun wajahnya semakin sedih atau pedih dengan sikap atau kelakuan anaknya itu. Pada bait ketiga dilanjutkan kembali sementara itu anak atau tokoh aku masih tetap kesal mengikuti keegoisan hatinya kemudian dibait keempat sosok ibunya datang menjumpai anaknya itu dan dirangkulnya kemudian dikecupnya dahi anaknya hingga membuat sejuk dan sentosa/damai sampai dikalbu anak tersebut. Pada bait terakhir ia mengibaratkan ibu, bapa, kekasih berpadu satu dalam diri ibunya yang menjaga, merawat dan mengawasnya dalam dunia ini.
Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tema dari puisi Ibuku Dahulu Amir Hamzah adalah kasih sayang dari seorang ibu pada anaknya.
Suasana
Mukanya masam menahan sedan
Hatinya sedih karena lakuku
Pada lirik ini terlihat suasana yang diperlihatkan yakni kesedihan atau kepiluan yang dirasakan oleh seseorang yakni dalam puisi ini adalah perasaan sosok ibu. Dengan kearifannya penyair menyajikan suasana yang mungkin saja adalah pengalamanny sendiri tapi tidak lepas kemungkinan juga kalau sajak ini bukanlah pengalaman penyair itu sendiri namun suasana ini sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari bahkan sering juga kita alami sendiri sebagai seorang anak maupun ibu. Penyair juga secara eksplisit telah mengajak penbaca untuk menyadari suasana pada saat itu hingga pembaca tergugah dan menghayati makna serta tujuan dari puisi tersebut.
Bangkit ibu dipegangnya aku
Dirangkulnya segera dikecupnya serta
Dahiku berapi pancaran neraka
Sejuk sentosa turun kekalbu
Pada bait ini juga kita dapat menggambarkan suasananya yakni rasa kedamaian, haru karena ibunya datang menjumpai, merangkul dan mengecup dahi anaknya hingga kesejukan dan kedamaian turun dan dirasakan kekalbu anaknya itu. Penyair juga secara eksplisit telah mengajak penbaca untuk menyadari suasana pada saat itu.
Irama
Ibuku dahulu marah padaku
Diam ia tiada berkata
Akupun lalu maradjuk pilu
Tiada peduli apa terjadi
Matanya selalu mengawas daku
Walaupun bibirnya tiada bergerak
Mukanya masam menahan sedan
Hatinya sedih karena lakuku
Terus aku berkesal hati
Mengurutkan setan mengatjau-balau
Djurang tjelaka terpandang dimuka
Kusongsong juga biar tjedera
Bangkit ibu dipegangnya aku
Dirangkulnya segera dikecupnya serta
Dahiku berapi pancaran neraka
Sejuk sentosa turun kekalbu
Demikian engkau :
Ibu, bapa, kekasih pula
Berpadu satu dalam dirimu
Mengawas daku dalam dunia
Dari bait pertama sampai bait kelima ini dapat dilihat bahwa adanya persamaan bunyi atau irama yakni dari tanda-tanda yang bergaris miring. Hampir keseluruhan memiliki persamaan bunyi walaupun tidak secara keseluruhan hal ini tentunya membuat puisi tersebut semakin baik karena memiliki irama yang berkesinambungan antara lari dengan larik maupun antara larik dengan bait sehingga pembaca akan lebih merasa ada kesinambungan sacara beriring. Kerena sebuah puisi yang baik hanya dapat dinikmati bila dibaca dengan irama yang baik hingga hal ini akan menguatkan nilai estetik pada sebuah puisi.
2.2 Analisis puisi “Hanyut Aku” karya Amir Hamzah
Hanyut aku, Kekasihku!
Hanyut aku!
Ulurkan tanganMu, tolong aku
Sunyinya sekelilingku!
Tiada suara kasihan,
Tiada angin mendingin hati,
Tiada air menolak ngelak,
Dahagakan kasihMu,
Hauskan bisikMu,
Mati aku disebabkan diamMu.
Langit menyerkap,
Air berlepas tangan, aku tenggelam.
Tenggelam dalam malam
Air di atas menindih keras
Bumi di bawah menolak ke atas
Mati aku, Kekasihku, mati aku!
Tema
Kalau kita melihat dan membaca puisi ini kita akan ikut terhanyut karena kata-kata dan makna yang terkandung dalam puisi ini juga bisa menghanyutkan dan bermakna bagi pembaca. Sajak ini terdiri dari empat bait, bait pertama terdiri dari empat larik, bait kedua terdiri dari enam larik, bait ketiga terdiri dari dua larik sedangkan bait terakhir terdiri dari empat larik berarti secara keseluruhan larik dari sajak ini adalah enambelas larik.
Untuk melihat tema dari puisi ini maka terlebih dahulu ditelusuri makna atau arti dari setiap lariknya. Yakni secara kongkrit sajak ini menceritakan ada sosok aku yang hanyut dan minta pertolongan dan menjerit ketakutan. Seperti pada bait pertama kata yang paling ditekankan adalah kata hanyut aku yang menceritakan sosok aku takut untuk hanyut dan minta tolong berharap ada yang mengulurkan tangan untuk menolongnya yakni kekasihnya padahal tidak ada satu orangpun ditempat itu atau disekelilingnya, kemudian dibait kedua tidak ada suara kasihan, angin mendingin hati, air menolak ngelah yang akhirnya menbuat dahaga dan haus akan bisik kemudian mati karena diam atau kekasihnya tidak ada menolongnya, pada bait ketiga dipertegas kembali kesedihan itu yakni langit menyerkap, air berlepas tangan hingga membuatnya tenggelam yakni tenggelam dalam malam yakni bermakna simbolik duka lara, kelam, gelap. Air menghanyutkan dan bumi di bawah menolak ke atas yang kemudian membuatnya tenggelam mati dalam kesedihan atau kegelapan, keterpurukan kerena sampai saat itu juga tak ada seorangpun yang datang menolongnya termasuk kekasihnya sendiri.
Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tema dari puisi Hanyut Aku karya Amir Hamzah adalah hancur dalam penderitaan serta berharap seseorang yaitu kekasihnya untuk mengulurkan tangan dan membantunya.
Suasana
Hanyut aku, Kekasihku!
Hanyut aku!
Ulurkan tanganMu, tolong aku
Sunyinya sekelilingku!
Pada bait ini terlihat suasana yang diperlihatkan yakni kesedihan, ketakutan, kepiluan yang dirasakan oleh seseorang yakni tokoh aku yang hanyut dalam masalah dan keterpurukan hingga mengharapkan pertolongan dan uluran tangan padahal disekelilingnya adalah sunyi. Dengan kearifannya penyair menyajikan suasana yang secara eksplisit telah mengajak pembaca untuk menyadari suasana pada saat itu hingga pembaca tergugah dan menghayati. Begitu juga dengan lanjutan sajak ini
Tiada suara kasihan,
Tiada angin mendingin hati,
Tiada air menolak ngelak,
Dahagakan kasihMu,
Hauskan bisikMu,
Mati aku disebabkan diamMu.
Langit menyerkap,
Air berlepas tangan, aku tenggelam.
Tenggelam dalam malam
Air di atas menindih keras
Bumi di bawah menolak ke atas
Mati aku, Kekasihku, mati aku!
Masih menggambarkan dukalara, kesedihan, keterpurukan dan mengharapkan pertolongan dari sang kekasihnya yang pada akhirnya kekasihnya itu belum kunjung datang.
Irama
Hanyut aku, Kekasihku!
Hanyut aku!
Ulurkan tanganMu, tolong aku
Sunyinya sekelilingku!
Tiada suara kasihan,
Tiada angin mendingin hati,
Tiada air menolak ngelak,
Dahagakan kasihMu,
Hauskan bisikMu,
Mati aku disebabkan diamMu.
Langit menyerkap,
Air berlepas tangan, aku tenggelam.
Tenggelam dalam malam
Air di atas menindih keras
Bumi di bawah menolak ke atas
Mati aku, Kekasihku, mati aku!
Dari bait pertama sampai bait keempat pada sajak ini dapat dilihat bahwa adanya persamaan bunyi atau irama yakni dari tanda-tanda yang bergaris miring. Hampir keseluruhan memiliki persamaan bunyi walaupun tidak secara keseluruhan hal ini tentunya membuat puisi tersebut semakin baik karena memiliki irama yang berkesinambungan antara larik dengan larik maupun antara larik dengan bait sehingga pembaca akan lebih merasa ada kesinambungan sacara beriring. Karena sebuah puisi yang baik hanya dapat dinikmati bila dibaca dengan irama yang baik hingga hal ini akan menguatkan nilai estetik pada sebuah pu
Bab III
Kesimpulan
Dalam puisi irama sangat berperan penting karena irama yang berkesinambungan antara larik dengan larik maupun antara larik dengan bait sehingga pembaca akan lebih merasa ada kesinambungan sacara beriring. Karena sebuah puisi yang baik hanya dapat dinikmati bila dibaca dengan irama yang baik hingga hal ini akan menguatkan nilai estetik pada sebuah puisi. Namun masih banyak unsur-unsur yang lain yang dapat kita gunakan untuk menentukan apakah suatu puisi itu memiliki nilai estetik yang baik atau tidak.
Langganan:
Postingan (Atom)