Senin, 07 November 2016

UPAYA PENINGKATAN PERHATIAN TERHADAP BAHASA INDONESIA AGAR DAPAT BERPELUANG MENJADI BAHASA INTERNASIONAL Oleh Feronika Hutahaean

Essay Kritis Mata kuliah Perencanaan Bahasa UPAYA PENINGKATAN PERHATIAN TERHADAP BAHASA INDONESIA AGAR DAPAT BERPELUANG MENJADI BAHASA INTERNASIONAL Disusun oleh : Feronika Hutahaean 8166191005 Pascasarjana Reguler A 2016 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2016 UPAYA PENINGKATAN PERHATIAN TERHADAP BAHASA INDONESIA AGAR DAPAT BERPELUANG MENJADI BAHASA INTERNASIONAL Oleh Feronika Hutahaean Sejarah mencatat bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu-Riau, salah satu bahasa daerah yang berada di wilayah Sumatera. Bahasa Melayu-Riau inilah yang diangkat oleh para pemuda pada “Konggres Pemoeda”, 28 Oktober 1928, di Solo, menjadi bahasa Indonesia. Pengangkatan dan penamaan bahasaMelayu-Riau menjadi bahasa Indonesia oleh para pemuda pada saat itu lebih “bersifat politis” daripada “bersifat linguistis”. Pada umumnya suatu bahasa mempunyai masyarakat penuturnya. Dalam proyek perencanaan bahasa, penutur-penutur asli ini perlu dimintai pendangan dan pendapat karena golongan inilah yang akan menjadi pendukung utamanya. Mereka akan lebih bangga dan merasa dihargai jika ketika bahasa mereka dirancang, mereka diberikan kesempatan untuk bersuara mengenai bahasa mereka. Setiap masyarakat yang cinta akan bahasanya, mereka menginginkan bahasanya terancang, terkendali, terbina, dan modern. Di negara-negara yang sedang membangun, masyarakat bahasanya masih membicarakan bahasa nasional, bahasa resmi, pembakuan, pelaksanaan, penilaian, dan pemodernan bahasa. Joyce O. Hertzler (1965) mengatakan bahwa bahasa dapat memancarkan identitas rasa, penunjuk pangkat, derajat, keturunan, hubungan kekeluargaan, cara pemikiran,weltanshauung, aktivitas harian, kreativitas, ilmu, teknologi, cara dan gaya hidup, adat dan budaya suatu bangsa. Bahkan, sebagian bangsa ada yang membedakan pemakaian bahasa untuk golongan atau kelompok laki-laki dan perempuan. Sementara itu, V. Tauli (1974) dalam bukunyaThe Theory of Language Planning menyatakan bahwa banyak individu yang dapat menilai bahasa yang dipakainya. DIa mengetahui apakah bahasa yang dipakainya betul atau tidak, sopan atau tidak. Dijumpai juga individu yang setia menggunakan bahasa aslinya, mengubah, menukar, atau memindahkan bahasanya. Banyak ahli bahasa yang berminat terhadap perencanaan bahasa. Mereka menyumbangkan pemikirannya dalam perencanaan bahasa bagi negaranya Fishman (1971) berpendapat bahwa perencanaan yang baik memerlukan penyelidikan yang bersifat ilmiah, empiris, prakis, padu, dan up to date. Perencanaan bahasa jangan dilakukan secara ad hoc, tergesa-gesa, dan tambal sulam, karena perencanaan yang baik perlu valid, kredibel, dan objektif. Dengan cara demikian, hasilnya diharapkan sesuai dengan target: perkembangan bahasa yang mantap, bahasa yang dapat menimbulkan rasa setia pemakainya, dan bahasa yang bisa menimbulkan “rasa memiliki” (sense of belonging) bagi pemakainya Bahasa Indonesia mempunyai ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah okok tertentu yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia ini, baik bahasa asing maupun bahasa daerah. Dengan ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok ini pulalah dapat dibedakan mana bahasa Indonesia dan mana bahasa asing ataupun bahasa daerah. Oleh karena itu, ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tersebut merupakan jati diri bahasa Indonesia. Secara formal sampai saat ini bahasa Indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi. Dalam perkembangannya lebih lanjut, bahasa Indonesia berhasil mendudukkan diri sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu. Keenam kedudukan ini mempunyai fungsi yang berbeda, walaupun dalam praktiknya dapat saja muncul secara bersama-sama dalam satu peristiwa, atau hanya muncul satu atau dua fungsi saja. Bahasa Indonesia bisa menjalankan fungsi sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Indonesia rasa kesatuan dan persatuan bangsa yang berbagai etnis terpupuk. Kehadiran bahasaIndonesia di tengah-tengah ratusan bahasa daerah tidak menimbulkan sentimen negatif bagi etnis yang menggunakannya. Sebaliknya, justru kehadiran bahasa Indonesia dianggap sebagai pelindung sentimen kedaerahan dan sebagai penengah ego kesukuan. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mulau dikenal sejak 17 Agustus 1945 ketika bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Dalam kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional atau lambang kebangsaan. Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Melalui bahasa nasional, bangsa Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan pegangan hidup. Beberapa fenomena negatif yang masih terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang menjadi penghalang bahasa indonesia menjadi bahasa internasional antara lain sebagai berikut. 1. Banyak orang Indonesia memperlihatkan dengan bangga kemahirannya menggunakan bahasa Inggris, walaupun mereka tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik. 2. Banyak orang Indonesia merasa malu apabila tidak menguasai bahasa asing (Inggris) tetapi tidak pernah merasa malu dan kurang apabila tidak menguasai bahasa Indonesia. 3. Banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia dengan baik. d. Banyak orang Indonesia merasa dirinya lebih pandai daripada yang lain karena telah menguasai bahasa asing (Inggris) dengan fasih, walaupun penguasaan bahasa Indonesianya kurang sempurna. Akibat lanjut yang timbul dari kenyataan-kenyataan tersebut antara lain sebagai berikut. 1. Banyak orang Indonesia lebih suka menggunakan kata-kata, istilah-istilah, dan ungkapan-ungkapan asing, padahal kata-kata, istilah-istilah, dan ungkapan-ungkapan itu sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia, bahkan sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia. Misalnya, page, background, reality, alternatif, airport, masing-masing untuk “halaman”, “latar belakang”, “kenyataan”, “(kemungkinan) pilihan”, dan “lapangan terbang” atau “bandara”. 2. Banyak orang Indonesia menghargai bahasa asing secara berlebihan sehingga ditemukan kata dan istilah asing yang “amat asing”, “terlalu asing”, atau “hiper asing”. Hal ini terjadi karena salah pengertian dalam menerapkan kata-kata asing tersebut,misalnya rokh, insyaf, fihak, fatsal, syarat (muatan), (dianggap) syah. Padahal, kata-kata itu cukup diucapkan dan ditulis roh, insaf, pihak, pasal, sarat (muatan), dan (dianggap) sah. 3. Banyak orang Indonesia belajar dan menguasai bahasa asing dengan baik tetapi menguasai bahasa Indonesia apa adanya. Terkait dengan itu, banyak orang Indonesia yang mempunyai bermacam-mecam kamus bahasa asing tetapi tidakmempunyai satu pun kamus bahasa Indonesia. Seolah-olah seluruh kosakata bahasa Indonesia telah dikuasainya dengan baik. Akibatnya,kalau mereka kesulitan menjelaskan atau menerapkan kata-kata yang sesuai dalam bahasa Indonesia, mereka akan mencari jalan pintas dengan cara sederhana dan mudah. Misalnya, pengggunaan kata yang mana yang kurang tepat, pencampuradukan penggunaan kata tidak dan bukan, pemakaian kata ganti saya, kami, kita yang tidak jelas. Puasat bahasa merupakan sebuah lembaga resmi yang dipercaya pemerintah untuk melaksanakan perencanaan dan pembinaan bahasa, selama ini Pusat Bahasa melakukan serangkaian kegiatan untuk kedepannya agar kegiatan-kegiatan ini dapat diperhatikan lebih intensif dan lebih ditingkatkan kembali agar bahasa indonesia dapat menjadi bahasa internasional. Menurut Achmad Zulfikar memberikan usulan kongkrit yang dapat dijalankan dalam rangka mendorong agar wacana tersebut dapat ditindaklanjuti. 1. Mendorong pakar bahasa dari seluruh ASEAN untuk memformulasikan dan merumuskan struktur bahasa ASEAN agar dapat menjadi rujukan bagi pembuatan kebijakan para petinggi ASEAN. 2. Mendorong Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud untuk secepatnya mengambil peran sebagai inisiator untuk merealisasikan pembahasan lebih lanjut terkait bahasa ASEAN. 3. Mendorong Kementerian Luar Negeri RI untuk terlibat memberikan masukan dan arahan mengenai upaya yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak terkait agar dapat merealisasikan wacana bahasa ASEAN Menurut Alpansyah guru Bahasa Indonesia Sekolah Indonesia KBRI Kuala Lumpur dan mahasiswa program Ph.D. pada University Pendidikan Sultan Idris, Malaysia Upaya yang dilakukan untuk mendoromg bahasa indonesia menjadi bahasa internasional adalah merefleksikan budaya, cara berpikir, karakter manusia Indonesia sebagai jati diri. Di tengah situasi masyarakat luar yang memakai bahasa Melayu Malaysia, bahasa Inggris, bahasa Cina, dan bahasa India, anak-anak Indonesia harus memiliki kebanggaan terhadap BI. Untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut pembelajaran BI di SIKL tidak hanya dilakukan baik melalui kegiatan kurikuler (dalam mata pelajaran sesuai dengan standar isi kurikulum) tetapi juga kegiatan kokurikuler danekstrakurikuler. Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler tersebut adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran bahasa Indonesia di luar kelas melalui project based learning (PBL); (2) lomba pidato dan bahasa puisi berbahasa Indonesia; (3) kegiatan bengkel sastra; (4) penulisan slogan-slogan di beberapa sudut sekolah yang berisi keharusan menggunakan bahasa Indonesia; (5) memperbaiki secara langsung ‘direct’ kata/kalimat siswa yang salah; serta (6) pembelajaran BI bagi siswa homestay. 1. Project Based Learning (PBL) Istilah yang digunakan dalam kegiatan ini menggunakan bahasa Inggris karena siswa belajar di luar kelas berbasiskan proyek (tugas) dari berbagai bidang studi, seperti IPA dan IPS. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan kelas yang pada akhir kegiatan siswa harus membuat laporan dan mempresentasikan hasil tugas tersebut dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Semester lalu (semester II tahun pelajaran 2012/2013) siswa mengungjungi tempat penangkaran gajah dan suku anak dalam yang berada di Pahang, Malaysia. Para siswa diharusknya mengamati segala gejala alam mulai dari hewan (gajah), tumbuhan, serta mengambil sampel air yang berada di sana untuk diuji tingkat keasamannya. Tentu saja kegiatan inti dipandu guru IPA. Selain itu juga mengunjungi tempat pemukiman suku anak dalam (orang asli dalam BM). Di sini juga siswa mencatat cara kehidupannya, kebisaaannya, serta berbagai peralatan yang sering digunakan termasuk bentuk-bentuk permainan tradisional mereka. Dari kegiatan ini siswa diarahkan untuk menggali pengetahuan dari alam(lingkungan) dan budaya (negara luar) selanjutnya mempersepsinya dengan alam dan budaya Indonesia sebagaimana yang mereka ketahui sebelumnya. 2. Lomba Pidato dan Baca Puisi Berbahasa Indonesia Lomba pidato dan baca puisi merupakan kegiatan rutin yang dilakukan di SIKL tertutama berkaitan dengan peringatan hari besar dan hari bersejarah, sepeti Hari Pahlwan, Hari Kartini, Bulan Bahasa, peringatan Hari Kemerdekaan RI dan lain-lain. Kegaiatan lomba pidato dan baca puisi yang baru saja dilakukan adalah dalam rangka Bulan Bahasa dan Hari Pahlawan Tahun 2012. Kegiatan ini menjadi meriah dan berskala besar karena pelaksanaannya bukan saja oleh SIKL, tetapi juga berpadu dengan program Atase Pendidikan KBRI Kuala Lumpur. Hal ini sengaja dilakukan karena selain memperkuat jati diri dan mempertebal rasa kebangsaan kepada seluruh siswa, juga sekaligus menyeleksi para pemenang untuk dipersiapkan mewakili sekolah saat kegiatan lomba seni untuk sekolah luar negeri (SILN) yang biasanya setiap tahun diselenggaran oleh Kemdikbud. 3. Kegiatan Bengkel Sastra Kegiatan bengkel sastra merupakan kegiatan yang ditujukan kepada siswa termasuk guru yang berminat belajar menulis dan mengapresiasi sastra Indonesia. Kegiatan ini dimulai dengan pelatihan menulis lalu apresiasi sastra Indonesia. Hasilnya para peserta dapat menuangkan gagasan/pikiran dalam tulisan baik berupa fiksi maupun nonfiksi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kegiatan ini mendatangkan para sastrawan dan penyair nasional yang berkolaborasi dengan guru bahasa Indonesia SIKL. Tahun lalu tepatnya November 2012, kegiatan bengkel sastra SIKL mengundang Jamal D. Rahman dan Joni Ariadinata. Hasil tulisan peserta kegiatan bengkel sastra diterbitkan dalam bentuk bunga rampai atau kumpulan cerita pendek. 4. Penulisan Slogan-Slogan Slogan, poster, iklan dan pengumuman merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan kepada siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SIKL. Penerapan darikompetensi menulis slogan, poster dan iklan tersebut adalah penulisan slogan yang menganjurkan pemakaian BI dengan baik dan benar. Slogan-slogan tersebut di tempatkan (dipasang) di sudut-sudut dinding sekolah atau tempat-tempat strategis lain. Salah satu contoh slogan yang berisi kewajiban menggunakan BI dan rasa bangga menjadi anak Indonesia di lingkungan SIKL 5. Pembimbingan Langsung Wilayah dengan menggunakan premis Indonesia di Kuala Lumpur ada dua yaitu KBRI dan SIKL. Selangkah keluar dari pagar kawasan tersebut berarti sudah berada di negara luar, yaitu Malaysia. Ini artinya di luar pagar kawasan tadi sudah berlaku hukum negara setempat. Konsekuensi dari hal tersebut tentu saja sangat tidak dibenarkan siswa berada di luar lingkungan SIKL baik pada jam istirahat apalagi pada jam pelajaran berlangsung. Di dalam lingkungan SIKL inilah para siswa melakukan berbagai aktivitas, seperti belajar bermain, berolahraga, berkesenian, jajan di kantin, dan lain-lain. 6. Pembelajaran BI kepada Pelajar Asing SIKL tidak hanya melayani pendidikan bagi putra-putri masyarakat Indonesia di Kuala Lumpur, tetapi juga melayani pelajar asing yang ingin mempelajari budaya dan bahasa Indonesia, seperti yang baru-baru ini siswa dari Ferny Grove SHS Australia dan siswa dari Victoria, Australia. Berdasarkan pengakuan Mr. Michael Ring, salah seorang pembimbing homestay siswa Victoria Australia, sebagaimana dimuat dalam pers rilis SIKL, mengatakan bahwa pelajaran BI merupakan salah satu pelajaran favorit bagi siswa di Vicoria, Australia karena dianggap penting, mudah, serta netral. Michael mengatakan, “Ada enam bahasa asing yang diajarkan di sekolah-sekolah diAustralia, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Italia, Bahasa Cina, Bahasa Jepang, Bahasa Jerman, dan Bahasa Prancis.” Dari upaya yang dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan upaya penguatan diplomasi kebahasaan sebenarnya sudah dikukuhkan dengan berbagai aturan kebahasan. Akan tetapi, aturan tersebut tampaknya tidak terterapkan dengan baik. Penghargaan, penghormatan, dan rasa cinta serta bangga berbahasa Indonesia perlu dibangkitkan. Perlu gerakan mencintai dan menghormati bahasa Indonesia di negeri sendiri. Mencintai bahasa Indonesia tidak harus anti bahasa asing. Penggunaan bahasa asing atau bahasa lain dapat saja dilakukan, akan tetapi alangkah baiknya jika itu ditulis dengan bahasa Indonesia terlebih dahulu, baru diikuti bahasa asingnya. Karakter “cinta tanah air, cinta bahasa, cinta budaya, dan cinta produk Indonesia” perlu terus diteladankan dan ditumbuhkembangkan. Ke depan diperlukan penertiban untuk menjalankan peraturan yang tercantum dalam UU No 24 tahun 2009 dengan benar. Berbagai peraturan pemerintah yang dicantumkan sebagai bentuk kelanjutan UU segera disusun dan disahkan untuk segera dilaksanakan. Diplomasi kebahasaan dapat diterapkan dengan berbagai cara bahkan dapat juga secara individual. Sikap positif yang menghargai bahasa Indonesia, setia, dan bangga berbahasa Indonesia perlu terus dikembangtumbuhkan. Jika bangsa Indonesia punya impian supaya bangsa dan bahasa bermartabat, berbagai langkah untuk mencintai, menghormati, dan menghargai bahasa Indonesia dapat terus diteladankan dan ditumbuhkembangkan untuk mewujudkan impian itu. Penyebarluasan bahasa Indonesia perlu terus dilakukan. Jika rasa setia dan bangga telah kukuh tertanam, bahasa Indonesia akan menjadi jiwa bangsa dan dengan itu bahasa Indonesia akansemakin kuat dan bermartabat, baik di dalam negeri sendiri maupun di luar negeri. Semoga langkah menuju seabad bahasa Indonesia bermartabat menjadi langkah yang seiring sejalan untuk mewujudkan bangsa yang bermartabat pula. DAFTAR PUSTAKA Jurnal Bahasa Indonesia Sebagai Embrio Bahasa Asean (Peluang Dan Tantangan Menuju Asean Community 2015) Oleh Achmad Zulfikar Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jurnal Peran Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (Sikl) Dalam Memperkuat Jati Diri Dan Memartabatkan Bangsa Melalui Pembelajaran Bahasa Indonesia (Bi) Oleh Alpansyah (Penulis Adalah Guru Bahasa Indonesia Sekolah Indonesia Kbri Kuala Lumpur Dan Mahasiswa Program Ph.D. Pada University Pendidikan Sultan Idris, Malaysia. Jurnal Upaya Pemartabatan Bahasa Nasional Di Tengah Beratnya Terpaan E. Aminudin Aziz Universitas Pendidikan Indonesia aminudin@upi.edu Jurnal Menurunnya Kebanggaan Masyarakat Terhadap Bahasa Indonesia Sebagai Jatidiri Bangsa (Tinjauan Tentang Penggunaan Nama Hotel Dan Restoran Di Solo Raya) Oleh Dr. Farida Nugrahani, M.Hum. Mpbi Program Pascasarjana Univet Bantara Sukoharjo Jurnal Penguatan Diplomasi Kebahasaan Menuju Seabad Bahasa Indonesia Bermartabat Kisyani-Laksono (kisyani@unesa.ac.id) Musclish, Masnut. 2010. Perencanaan Bahasa Pada Era Globalisasi. Jakarta : PT. Bumi Aksara