Senin, 23 April 2012

Ika Gadis yang Jujur dan Mandiri (cerpen sastra anak)

Nama : Feronika Hutahaean Kelas : Dik Reguler A 2010 NIM : 2102111009 Ika Gadis yang Jujur dan Mandiri Kicauan burung dibelakang rumah Ika terdengar sangat merdu karena siulan burung tersebut bersahut-sahutan hingga terdengar berirama. Kicauan itu membangunkan Ika dari tidurnya nenerapa saat kemudian dengan langkah agak malas ia melangkah mengambil handuk untuk mandi. Ika adalah anak pertama dari keluarganya, ia duduk disekolah dasar kelas 3 dan kini ibunya telah mengandung 5 bulan, ia sangat senang sekali dengan hal itu karena sebentar lagi ia tidak merasa kesepian lagi sebab adiknya telah ada menemaninya bermain-main. Ibunya seorang guru di sekolah SMK. N. 2 Rantau Utara sedangkan ayahnya seorang supir angkot. Walaupun keadaan mereka sangat sederhana namun Ika sangat bangga dan senang pada orangtuanya karena keduanya sangat akur hal inilah yang menjadi kebanggaan bagi Ika. Setelah selesai mandi, ia pun segera keruang makan disana ia telah melihat ibunya menyiapkan sarapan untuknya. “selamat pagi ma”. Ucap Ika “selamat pagi juga nak, ayo cepat makan, biar jangan telat ke sekolah”. Jawab ibunya “iya ma, tapi bapak mana?, kok belum nampak. Tambahnya “bentar lagi juga pasti bangun nak, mungkin ia sangat lelah sebab semalam juga bapak agak malam pulangnya” jawab ibu sambil mengelus kepala Ika Tak berapa lama kemudian ayahnya pun bangun dan menghampiri mereka keruang makan. Dengan senyum merekah ia menyapa “selamat pagi anak bapak yang cantik” “eh.. papa, pagi juga pa. Jawabnya “wah, cepat benar bangunnya hari ini, papa bisa tebak ni pasti hari ini ada ujiannya?. Ledek papa “Hehhehe, papa tau aja ya”. Timpal Ika “Ya sudah, jangan lupa bawa makan siang ya nak, ingat baik-baiklah belajar disekolah agar suatu kelak nanti kamu menjadi anak yang sukses. Jika ibumu menjadi seorang guru dan ayahmu hanya seorang supir maka kamu akan menjadi seseorang yang lebih baik dari kami orangtuamu”. Ujar papa “ia pa, kalau gitu ika berangkat sekolah dulu ya pa, ma” jawab Ika sambil mencium tangan kedua orangtuanya Dengan semangat dan senyuman ia pun berangkat kesekolah, ia jalan kaki dari rumah kesekolahnya kerena jarak antara rumah dan sekolahnya tidak jauh. Lagi pula ia harus menjadi anak yang mandiri karena ia tahu bahwa ibunya juga harus berangkat mengajar sedangkan ayahnya harus berangkat mencari sewa. Dengan langkah yang lumanyan cepat Ika segera masuk keruangannya, sebelum gurunya masuk ia pun menyempatkan membaca buku agar nantinya ia mendapat hasil yang memuaskan. Tadi malam Ika sudah belajar namun ia juga ingin mengulangi walau hanya lima menit agar tetap ingat akan apa yang telah dipelajarinya semalam. Tak berapa lama kemudian ibu Tina selaku guru Matematika pun datang dan menyuruh siswa untu menyimpan semua buku yang ada diatas meja maka dengan sigap seluruh siswa pun melakukan hal itu. Setelah bu Tina membagikan soalnya maka seluruh siswa pun mengerjakan soal itu, ternyata Ajeng teman sebangku Ika tidak tahu menjawab pertanyaan yang diberika hingga ia pun meminta jawaban Ika. “ika, bagilah jawabanmu nomor satu”. Pinta Ajeng “bukannya aku gak mau jeng, tapi aku takut karena ibu tadi udah bilang kalau kita gak boleh nyontek”. Jawa Ika dengan sikap ragu “ika, jadi orang jangan terlalu pelitlah, kan gak ada salahnya berbagi. Kau pernah dengar ngak bahwa berbagi itu indah dan baik”. Bujuk Ajeng “baiklah Jeng, tapi jangan sampai bu Tina tau ya”. Ujar Ika Dengan senang hati Ajeng menyontek hasil pekerjaan Ika, namun tak berapa lama kemudian bu Tina curiga dengan sikap Ajeng yang terburu-buru maka bu Tini menghampiri meja Ajeng. “Ajeng, apa yang kau lakukan, hasil ujian siapa yang kau contek itu” tanya bu Tina Dengan muka pucat ajeng pun mengangkat kepalanya dan menjawab “maaf bu, tadi Ika yang bilang bahwa aku bisa lihat hasil jawabannya tanpa harus aku mencoba mengerjakan terlebih dahulu”. Sela Ajeng dengan mencoba membela diri “tidak bu, Ajeng sendiri yang minta jawaban dari saya karena ia tidak tau jawabnya”. Sanggah Ika “baiklah, ibu tidak mau masalah ini semakin rumit, keduanya serba salah. Salah ajeng kenapa menyontek sedangka salah Ika, kamu telah memberikan jawaban pada Ajeng padahal ibu kan sidah bilang jangan ada yang memberikan contekan bagi temannya”. Jawab bu Tina sambil melangkah menuju meja guru Ujian Matematika pun telah usai, dengan muka agak kesal Ika pun mendekati Ajeng dan berkata “ Jeng kenapa tadi kamu bohong sama bu Tina” tanya Ika “maaf Ika, aku gak sengaja karena tadi aku tidak tahu apa yang harus kubilang ma ibu” isak Ajeng dengan muka memerah Melihat hal itu amarah ika yang panas mulai meredup kemudian ia pun berkata “ ya sudah, kamu gak usah nangis ya tapi lain kali kamu jangan bohong lagi ya”. Bujuk Ika sambil memeluk Ajeng “terimakasih Ika, aku janji aku tidak akan mengulangi hal itu lagi”. Jawab Ajeng Setelah kejadian itu Ajeng tidak mau berbuat seperti itu lagi, bahkan kalau dia tidak tau maka ia pun mau bertanya kepada Ika pada saat jam istirahat dan keduanyas semakin kompak. Pada suatu hari Ajeng menjumpai bu Tina dan menceritakan hal yang sebenarnya bahwa Ika tidak bersalah. Ia menceritakan bahwa ialah yang memaksa Ika untuk memberikan jawabannya. Dengan wajah tersenyum bu Tina pun menesehati Ajeng agar lain kali tidak mengulangi hal itu lagi namun bu Tina juga memuji keberanian serta kejujuran Ajeng. **** Tidak terasa hari persalinan mama Ika pun semakin dekat, pekerjaan yang biasannya dikerjakan ibunya kini telah menjadi pekerjaan Ika juga. Namun ia tidak pernah mengeluh akan hal itu karena ia tahu pasti ibunya capek dan lelah dengan keadaanya yang sekarang ini. Melihat ketulusan dan kebaikan Ika kedua orangtuanya pun senang dan bangga kepada anaknya itu walaupun masih kecil ia sangat mandiri dan pengertian hal inilah yang membuat mereka semakin menyanyangi Ika. Dua minggu kemudian ibunya melahirkan dirumah sakit. Hanya Ika sendirilah yang tinggal di rumah sebab ayahnya menemani ibunya dirumah sakit, walaupun ia hanya seorang diri tinggal di rumah ia sangat berani dan mengerjakan tugas rumah, PR sekolah dengan sendiri. Pagi-pagi ia bangun untuk mempersiapkan diri kesekolah, banyak hal yang ia kerjakan sebelum berangkat kesekolah salah satunya menyiapakan sarapan untuk dirinya sendiri karena sarapan telah disiapkan ayahnya sebelum berangkat kerumah sakit yakni roti plus selai nanas karena itulah sarapan kesukaan Ika. Sepulang dari sekolah Ika langsung kerumahnya, dengan perut yang agak keroncongan ia pun berjalan. Sesampai dirumah ia sangat terkejut karena ia melihat pintu rumahnya terbuka padahal orangtuanya belum ada memberitahukan bahwa mereka kan pulang hari ini. Dengan lagkah was-was ia melangkah pelan-pelan karena ia juga takut kalau dirumahnya itu ada maling. Mata Ika memandang seluruh sudut rumah dan benarlah bahwa terjadi pencurian dirumahnya sebab televisi, kulkas dan barang elektronik lainnya hilang. Melihat hal itu Ika menangis tersedu-sedu dan sekali-kali minta tolong. Tetangga yang mendengar isak tangis Ika langsung masuk kerumahnya dan bertanya “Nak, kenapa kau nangis?”. Dengan nada putus-putus Ika menjawab “Bu, ada maling dirumah kami, barang-barang kami banyak yang hilang”. Mendengar hal itu tetangganya pun tersentak dan segera melapor kepihak polisi terdekat. *** Tak berapa lama kemudian ayahnya pun pulang kerumah dan melihat situasi rumah yang sudah banyak dikerumini para tetangganya. Ika yang melihat ayahnya datang langsung memeluknya dan menangis semakin menjadi-jadi. “sudahlah nak, jangan menangis lagi ya” bujuk ayahnya “ayah, maafin ika ya, tadi pagi aku buru-buru pergi kesekolah jadi lupa mengunci pintu” cerita ika “sudahlah nak, tidak apa-apa semua pasti baik-baik aja” bujuk ayahnya kembali sambil mengelus-elus kepala Ika Beberapa saat kemudian pihak polisi datang kerumah dan berkata kepada ayahnya “ssiang pak “ ucap pak polisi “siang juga pak “jawab ayah Ika “kami sudah menyelidiki masalah ini dan ada hal yang mencurigakan dari kejadian ini, hal itu tampak pada saat seorang anak namanya Iksan melihat langsung kejadian pencurian ini dan pencurinya bekerja sama langsung dengan tetangga bapak” sambung pak polisi Mendengar hal itu ayah ika agak tersentak dan bertanya lagi “ tetangga?, tetangga saya yang mana pak? Tanya ayah Ika dengan penasaran Pak polisi langsung menunjjukkan orangnya, semua hal itu diluar dugaan ayah Ika, karena tetangganya itu adalah teman kompaknya sehari-hari. Dengan perasaan kesal ayahnya pun berkata “ pak polisi terimakasih atas bantuannya dan berilah sangsi kepada orang ini dan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya agar iaa tidak mengulangi hal ini lagi” ujar ayah Ika dengan lantang “baik pak, kami permisi dulu” sahut pak polisi Akhirnya pencurinya dapat juga dan barang-barang mereka dikembalikan dengan utuh. Mereka juga berterimakasi pada Iksan yang telah membantu proses penangkapannya. Dengan seulas senyuman Iksan membalas ucapan terimakasih itu. “nak, lihatkan semua pasti baik-baik aja seperti yang ayah katakan padamu” ucap ayah “ia ayah, tapi aku sempat takut kalau ayah marah” bisiknya “ayah tidak marah samamu nak, justru ayah sangat bangga karena kamu sudah berani tingal dan tidut sendiri dirumah” balas ayahnya sambil mencium kening ayahnya Keduanya tersenyum dan ayahnya pun membawa Ika kerumah sakit untuk melihat keadaan ibunya dan adiknya. Sesampai disana ia sangat senag sekali melihat adiknya yang imut-imut. Semuanya pun tersenyum bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar