Kamis, 19 Mei 2011

KEPERGIAN AYAH


Pada suatu malam Ika merasa gelisah sekali entah perasaan apa yang ia rasakan , ia sering melamun kepikiran jauh kepada kedua orang tuanya. Waktu itu Ika masih baru ngekos ketika menduduki  kursi SMK. Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 wib tetapi  pikirannya tetap tidak tenang juga dan pada malam itu mama Ika sedang menelpon ibu kost dan berkata “ibu ini aku mamanya Ika, besok tolonglah suruh Ika pulang kampung ya”. Bu kostnya pun berkata “ kenapa dia disuruh pulang sedangkan merekakan besok da mulai masuk sekolah?” Secara tak sengaja Ika mendengar perkataan antara kedua belah pihak dan ia merasa bingung sehingga muncul pertanyaan dalam hatinya “ada apa ini kok tiba-tiba mama nyuruh aku pulang? Lagi pula akukan baru aja ngekost. Tapi ya udalah aku gak mau mikir yang bukan-bukan.”
Akhirnya setelah menjelang pagi ibu kost memberitahukan kepada Ika bahwa dia disuruh pulang, tanpa banyak bertanya pada ibu kost akhinya ia pun pulang. Dan diperjalanan ika merasa ada yang tidak beres dengan keluarganya karena tidak biasanya terjadi kayak gini lagipula ibunya tidak mau mengatakan kenapa dia harus pulang. Panas terik matahari sangat terasa ketika Ika sampai di kampung. Rupanya dia sampai ketika jam menunjukkan pukul 11.40. Dia merasa heran apalagi dirumahnya dikerumumi oleh banyak orang dan satu lagi yang paling aneh Ika melihat diantara kerumuman itu ada orang-orang kaum bapak-bapak yang membuat suatu peti, peti untuk orang meninggal.
Setelah melihat hal itu Ika terus melangkah menuju pintu rumahnya, ada lagi hal yang aneh ia dengar yaitu tangisan-tangisan ibu dan juga adek-adeknya. Tetapi pertanyaan-partanyaan selalu menggeluti hatinya dan tanpa pikir panjang lagi dia langsung menerobos pintu rumahnya.Dia masuk kedalam rumah dan alangkah terkejutlah hatinya melihat kejadian itu, dia melihat ayahnya sudah terbaring kaku dengan kedua kelopak mata yang tertutup rapat tanpa nafas, ayahnya meninggal. Tak terbendung lagi perasaanya itu dan akhinya dia menangis sampai tersedu-sedu tanpa memperdulikan orang-orang disekitarnya yang sudah mulai dari tadi menarik-narik tubuhnya karena Ika memeluk tubuh ayahnya yang tidak bernyawa itu lagi. Ibu Ika yang melihat peristiwa itu menjadi lebih histeris lagi dan mulailah ia meneteskan air mata lagi, tetapi orang yang merangkul Ika berkata padanya, “dek Ika kamu jangan menangis lagi, kamu harus kuat menghadapi ini semua. Lihatlah adek-adekmu ini dan lihatlah juga ibumu jika kamu terus menangis maka mereka juga akan ikut menangis, apakah kamu mau hal itu terjadi? Tolonglah kamu berhenti menangis dan peluklah mama dan adek-adekmu karena sekarang kamu adalah anak yang paling bungsu jadi kamu harus bisa menjadi contoh, menguatkan hati mereka.” Ika pun menuruti hal tersebut karena dia sangat teramat menyayangi keluarganya, dia merangkul keluarganya dan berusaha untuk tidak menangis lagi. Tidak terasa hari sudah sore dan tibalah untuk pemakaman ayahnya, tak sedetik pun Ika meninggalkan jenajah ayahnya dia selalu melihat wajahnya karena inilah yang terakhir kalinya kesempatan untuk menatap wajah sang ayah yang mulai sendu karena dia tidak akan pernah bisa melihatnya lagi untuk hari-hari berikutnya. Pemakaman telah selesai  dilakukan  dan tamu-tamu mereka pun pulang satu persatu sampai akhirnya hanya merekalah yang tertinggal. Suasana duka masih melekat, sepertinya mereka sedang terbawa ke masa lalu, mengingat hal tentang laki-laki yang tadi sore di kebumikan, ayah Ika. Ika melihat ibunya yang terdiam terpaku seolah tidak punya semangat hidup lagi dan ia pun mendekati ibunya serta merangkulnya dengan rasa iba dan kasihnya, ibunya pun terdiam dan mencoba tersenyum tetapi senyum itu telah tenggelam bersama dangan kesedihan yang menimpa keluarganya. Ika pun berkata pada ibunya “mama, makan yuk, mama pasti sudah lapar. Satu hari inikan mama belum ada makan.” Cobanya membujuk mamanya. Tetapi ibunya hanya diam saja tanpa ada balasan untuk menjawab pertanyaan anaknya itu, akhinya Ika pun ambil tindakan dia langsung bergegas ke meja makan dan mengambilkan nasi buat ibunya dan dia pun menyuapin ibunya. Biarpun hanya dua suap yang dimakan ibunya Ika sudah merasa sangat senang sekali karena itu akan mempertambah daya tahan ibunya.
Dua minggu kemudian Ika kembali ke kosannya untuk melanjutkan sekolahnya karena keadaan ibunya sudah membaik dan ibunya telah menyuruhnya kembali untuk sekolah,  tetapi setiap kali dia ingat ibunya di sekolah maka air matanya pun bercucuran karena ia tidak tega meninggalkan ibunya sendirian untuk menafkahi dirinya dan juga adek-adenya tapi apalah daya. Di sekolah pun Ika selalu berusaha menjadi yang terbaik, dia rajin balajar dan terus belajar dan akhirnya dia pun mendapatkan nilai yang memuasakan karena dia berprinsip hanya dengan nilai inilah dia bisa membuat ibunya senang dan bahagia, setelah pembagian rapor dia kembali ke kampung halamannya dan dia memberitahukan nilainya itu pada ibunya dan dia dapat juara 3 dari 33 orang. Ibunya sangat senang dan bangga padanya dan dia pun memeluk anaknya itu, tak terasa air mata Ika pun menetes lagi tapi ini bukan air mata kesedihan lagi  tapi air mata kebahagiaan. Besok paginya Ika membantu ibunya ke ladang tapi belum ada satu jam Ika sudah merasa sangat kecapean dan akhirnya dia istirahat di tempat yang teduh, tapi dia melihat ibunya yang masih terus menerus bekerja tanpa kenal lelah biarpun terik matahari sudah panas tetapi masih tetap bekerja juga. Sehingga timbul rasa kasihan pada sang ibu dan Ika pun berjanji pada dirinya “Aku harus bisa mendapat beasiswa dari sekolah” itulah keinginannya hari itu.
Tidak terasa sudah dua minggu Ika di kampung halamannya dan ia pun akan pulang ke kosnya karena besok mereka sudah masuk sekolah lagi, dia pun segera pamitan pada ibu dan adik-adiknya . Sesampai di kos Ika tidak kenal lelah dia langsung mandi dam memasak setelah itu dia makan lalu belajar, setelah satu bulan masuk sekolah semua lancar-lancar saja seperti biasanya, tapi suatu hari Ika mendapat panggilan dari wakil kepala sekolah dan dia disuruh keruangnnya, ika merasa terkejut dan bertanya dalam hati “ada apa ya aku kok dipanggil, apakah aku melakukan suatu kesalahan tapi kesalahan apa itu?” Dia pun bingung. Jam istirahat Ika pun langsung menjumpai wakil kepala sekolah dan bapak tersebut menyuruhya duduk dan berkata “ kamu mau gak bapak bantu”, Ika pun menjawab “ maksud bapak apa? Saya kurang ngerti.” Dan tanpa basa basi lagi bapak itu langsung berkata “ nak kamu dapat beasiswa satu tahun dan kamu tidak perlu membayar uang sekolah satu tahun ini”, mendengar perkataan bapak tersebut Ika merasa sangat senang sekali dan ia pun mengucapkan terima kasih pada bapak itu, dan bergegas keluar. Setelah pulang dari sekolah Ika pun menyampaikan kabar tersebut pada ibunya dan ibunya sangat gembira mendengar hal tersebut, Ika sangat mensyukuri hal itu karena teryata Tuhan adalah maha adil yang tidak membiarkan manusia itu berjalan sendirian biarpun ayahnya telah pergi meninggalkan mereka tapi dibalik kejadian itu selalu ada hikmah yang tak pernah dia duga sebelumya.
Terimakasih Tuhan ucapnya dalam hati…
 
Penulis adalah Mahasiswa Universitas Negeri Medan
Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia









Tidak ada komentar:

Posting Komentar